Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya guru (pengajar) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat
materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut
disajikan beberapa model pembelajaran untuk dipilih dan dijadikan alternatif:
Cooperative
Learning
Pembelajaran
kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengsan memanfaatkan kenyataan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasikarena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksikan konsep,
menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut
teori dan pengalaman agarkelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota
kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter),
ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompokberupa
laporan atau presentasi.
Sintak
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan pelaporan.
Contextual Teacing and Learning (CTL)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret dan
suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat dan mengembangkan kemampuan sosialisasi.
Ada
tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif
dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan), Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis,
konjektur, generalisasi, menemukan),Contructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksikan konsep-aturan, analisis sintesis), Reflection
(reviu, rangkuman, tindak lanjut), Authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktivitas-usaha siswa, penilaian fortofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
dari berbagai aspek dengan berbagai cara)
Realistic
Mathematics Education (RME)
Realistic Mathematics Education
(RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda
dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep-aturan melalui
process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep,
prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan,
proses dunia empirik) dan vertikal (reoorgnisasi matematika melalui proses
dalam dunia rasio, pengembangan matematika).
Prnsip RME adalah aktivitas (doing)
konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman
(menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke formal),
inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran
sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
Pembelajaran Langsung (DL= Direct
Learning)
Pengetahuan yang bersifat informal
dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika
disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah
menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi,
latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi)
Problem
Based Learning (PBL)
Problem
Based Learning (PBL) = Pembelajaran Berbasis Masalah. Kehidupan adalah identik dengan masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokrasi, suasana nyaman
dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini
adalahmetakognitif, elaborasi (analisis), interprestasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri.
Problem Solving
Dalam
hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru Problem Solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan atau algoritma).
Sintaknya adalah : sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas,
siswaberkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang
disajikan, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga dan
akhirnya menemukan solusi.
Problem Posing
Bentuk
lain dari problem posing adalah pemecahan masalah dengan melalui elaborasi,
yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple
sehingga dipahami. Sintaknya adalah : Pemahaman, Jalan Keluar,Identifikasi
Kekeliruan, Meminimalisasi Tulisan-Hitungan, Cari Alternative, Menyusun
Soal-Pertanyaan.
Open Ended (OE) - Problem Terbuka
Pembelajaran
dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir,
keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian
masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, tabel), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir
siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya
adalah menyajikan masalah, perorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat
respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
Probing-Prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkontruksika
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Dengan
model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif,
siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,
namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru
hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara
menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang
salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipasi.
Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)
Ramse
(1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti mengali pengetahuan prasyarat,
eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan
aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
Reciprocal Learning
Reciprocal Learning
Weinstein
& Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan
empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi
diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukakan bahwa belajar efektif dengan cara
membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk
mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran
resiprokal, yaitu : informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-Modul,
membaca-merangkum.
SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectualy)
Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri kependekan
dari :
SOMATIC yang bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; AUDITORY yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; VISUALIZATION yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemontrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan INTELLECTUALY yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
UNTUK MODEL-MODEL PEMBELAJARAN LAIN SILAHKAN KONTAK KE EMAIL:
aungsumbono@ymail.com
aungsumbono@gmail.com
aungsumbono1@gmail.com
SOMATIC yang bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; AUDITORY yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; VISUALIZATION yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemontrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan INTELLECTUALY yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
UNTUK MODEL-MODEL PEMBELAJARAN LAIN SILAHKAN KONTAK KE EMAIL:
aungsumbono@ymail.com
aungsumbono@gmail.com
aungsumbono1@gmail.com
No comments:
Post a Comment